Menemukan Tuhan lewat Akal

Jika kau adalah kertas


Burned

Menjadi manusia yang diam dibumi selama 23 tahun bukanlah waktu yang singkat.
Berbagai gemercik perbuatan sudah dilakukan.
Ribuan atom dosa telah dilakukan.
Potongan pahala telah hancur dikikis rasa riya.
Kemelut jiwa telah berkembang merasuk menghancurkan kepercayaan.
Awan gelap datang dengan petir atas dosa yang dilakukan.

 

 

Tuhan..

Kau berikan kertas putih untuk kuberi warna sesuai harapan-Mu.
Namun keburukanku menjadi amarah bagi-Mu
Sehingga aku sadar, bahwa kau membakar kertas putih tersebut Aku sadar, namun kembali aku meminta kertas putih itu
Tidak hanya kertas putih baru, Kau turut memberi abu pada kertas pertama
Sebagai pertanda pengingat akan masa laluku
Namun aku kembali salah mewarnai kertas itu Hingga amat sangat Kau marah padaku, dan kembali membakar kertas itu

Aku memohon dan berjanji untuk menjaga kertas baru jika Kau berikan
Dengan kelembutan-Mu, kembali kau berikan kertas itu beserta 2 abu
Kesalnya aku terhadap-Mu, melihat kertas lain lebih baik
Lalu aku sengaja membakar kertas pemberian-Mu dan mengadu pada-Mu
Sehingga setelah ribuan kertas yang Kau berikan padaku..

Tidak pernah lagi kau memberiku kertas putih
Yang kau tunjukan hanyalah abu-abu kertas itu
Aku tau, aku sudah tidak pantas lagi meminta kertas
Aku tau, sebanyak apapun kertas yang Kau berikan tidak pernah aku maanfaatkan

Maka dari itu..

Aku hanya meminta kembali abu kertas yang pernah ada
Agar aku selalu bersedih mengingatnya
Agar aku sadar, tidak perlu meminta kertas baru
Agar aku paham, kelebihan yang kau berikan hanya membakar kertas-kertas

Setelah itu…

Tak satupun kertas datang dari langit
Tak satupun kertas muncul dari bumi
Hingga aku sadar, hujan abu terus membasahiku
Hingga aku paham, pesan apa yang ingin Kau sampaikan padaku

Entah berapa kertas yang telah Kau beri kepadanya.
Aku hanya berharap, dia mendapat kertas baru
Yang bisa mewarnai tanpa pernah membakar
Yang bisa dilipat menjadi hidup tanpa pernah merobek

 

Untukmu yang pernah kusakitiĀ  . . .

Leave a comment